Hadloroh Ulul Ahbab

Jumat, 30 September 2011

MIMPI GURU MULIA HB MUNZIR DG RASUL SAW

MIMPI GURU MULIA HB MUNZIR DG RASUL SAW

di ambil dari FB a.n: Opig Alfadani

Oleh Habib Munzir AlMusawa
Alaikumsalam warahmatullah wabarakatuh,

kebahagiaan dan Kesejukan Rahmat Nya semoga selalu menaungi hari hari anda,


Saudaraku yg kumuliakan,

selamat datang di web para pecinta Rasul saw, kita bersaudara dalam kemuliaan

saudaraku tercinta, boleh saya ceritakan mimpi saya sekitar setahun yg lalu, saya melihat Rasul saw didalam kemah besar dan mewah, dan dihadapannya seperti ada bangunan bangunan yg sedang dibangun, hamba berpakaian lusuh dan kotor, kebetulan Rasul saw melihat hamba dan memanggil hamba, dg lembut dan tidak tega beliau saw berkata : wahai munzir, kau sudah kelelahan sekali bekerja dalam pembangunan ini, sudah, masuklah beristirahat di kemahku, lalu saya dibawa ke kemah beliau saw, saya berdiri dipintu kemah itu, saya melihat ada hidangan hidangan dan buah buahan, dan guru mulia ada didalamnya, lalu guru mulia melihat saya, dan berkata : wahai munzir, aku keluar dan masuk ke kemah ini dengan bebas, namun jika engkau masuk kesini, kau tak akan kembali lagi selama lamanya ke dunia, terserah padamu...


maka saya terdiam dan ragu untuk masuk, maka beberapa malaikat disekitar saya menghimbau saya untuk masuk kemah dan beristirahat, lalu malaikat Izrail as memegang kedua pundak saya dari belakang, dan berkata : mari kubimbing kau masuk..., pegangannya lembut saja, namun terasa seluruh urat tubuh saya sudah digenggamannya, maka saya menolak dan berkata : saya masih ingin bakti pada guru mulia membantu beliau..!

maka Rasul saw memberi isyarat pada malaikat Izrail as untuk melepaskan saya, lalu beliau saw berkata : tempatmu kelak disini wahai munzir, sekemah denganku, seatap denganku.., tinggal bersamaku, kau tak punya rumah di dunia dan akhirat, rumahmu bersamaku, seatap dg ku.. lalu saya terbangun.

beberapa bulan kemudian saya berjumpa lagi dg Rasul saw dalam mimpi dan beliau saw duduk berdambingan dg saya, seraya berkata : "sampai kapan kau menunda ajakanku wahai munzir..?, kupanggilkan izrail dan jibril untuk membawamu sekarang?, lalu saya menjawab : wahai Rasulullah, jikalah saya diizinkan Allah dan Rasul Nya, saya masih ingin membantu Guru saya.., maka Rasul saw tersenyum dan memegang rambut saya sedikit menjambaknya seperti ayah yg mempermainkan anak kecilnya, beliau berkata : tidak ada yg menolak undanganku kecuali orang orang aneh semacam mu wahai munzir.., lalu beliau saw berangkat dari duduknya sambil tersenyum dan pergi.


saya terus berdoa, jika saya masih diizinkan Allah swt untuk berumur panjang dan berbakti pada Allah dan Rasul Nya dalam dakwah yg dijalankan Guru mulia saya, maka saya meminta pada Allah umur panjang, namun jika kemangkatan saya lebih membawa manfaat maka saya memilih mangkat, Allah swt Maha Mampu membuat 1000 orang yg lebih baik dari hamba untuk membimbing ummat.


namun harapan saya, saya wafat setelah jakarta menjadi kota yg beriman, kalau kota demak disebut kota wali, maka saya bercita cita jakarta kota Sayyidina Muhammad saw, maksudnya kota yg beriman, rukun antar ummat beragama, musliminnya mayoritas baik dan tidak berpecah belah, akidah sudah suci dan tidak terkotori, dan Alhamdulillah semakin hari semakin berjuta ummat yg terbawa dalam dakwah keluhuran sang Nabi saw, namun untuk saat ini masih jauh dari target yg memuaskan kita, maka hamba berharap Allah swt belum mewafatkan hamba sampai cita cita hamba tercapai, amiin.


Demikian saudaraku yg kumuliakan, semoga dalam kebahagiaan selalu, semoga sukses dg segala cita cita,


Wallahu a'lam


Nb: WAhai Allah....

Jika ENgkau menjadikan JAkarta kota Sayyidina Muhammad saw, maka jadikanlah Kendal Kota Pecinta Sayyidina Muhammad saw..... Aamiin....

Minggu, 25 September 2011

KH MAIMOEN ZUBAIR IN MAROKO ( Mauidhoh Di Universitas Ibnu Tofail UIT )

Pimpinan Ponpes Al-Anwar Sarang, KH. Maimoen Zubair menyampaikan masyarakat muslim Indonesia sejak dahulu kala sangat mencintai Maroko secara zohir dan batin dan bahkan mengenal Maroko sejak Ibn Batutah, pengelana muslim termasyhur menginjakkan kaki di Nusantara.

Hal itu disampaikan KH. Maimoen Zubair, dalam ceramahnya di Fakultas Sastra dan Humaniora, Universitas Ibnu Tofail (UIT), Kenitra sekitar 30 km dari Rabat, Maroko, demikian keterangan pers KBRI Rabat dalam keterangannya yang diterima Antara London, Jumat.

Forum yang diadakan KBRI Rabat kerjasama dengan UIT dihadiri Dubes RI untuk Kerajaan Maroko Tosari Widjaja dan Ibu Mahsusoh Ujiati, Rektor UIT Prof. Abderrahmane Tenkoul, Dekan Fakultas Sastra & Humaniora Prof. Dr. Abdelhanine Belhaj, Ketua Program Studi Islam Prof. Dr. Salam Abrich, para staf KBRI Rabat, dosen, mahasiswa dari berbagai fakultas di UIT serta Pehimpunan Pelajar Indonesia di Maroko.

Ulama kharismatis yang akrab disapa dengan panggilan Mbah Maimoen, dengan penuh semangat di usianya yang tidak muda lagi memberikan ceramah yang berjudul "Perkembangan dan Kemajuan Islam di Indonesia".

Dalam ceramah yang menggunakan bahasa Arab, Mbah Maimoen menjelaskan perkembangan Islam di Indonesia sejak awal hingga saat ini serta peran ulama Timur Tengah terutama Maroko dalam menyebarkan dakwah Islam di Indonesia.

Hingga saat ini kitab-kitab ulama Maroko menjadi pelajaran wajib di pesantren di Indonesia seperti kitab dasar Nahwu (gramatikal) bahasa Arab Al Ajurrumiyah karya Imam Sonhaji dan kitab amalan harian Dalalil Al Khairat karya Imam Jazuli dipakai mayoritas muslim di Indonesia.

"Hubungan Indonesia-Maroko sesungguhnya seperti hubungan murid dan guru," ungkapnya.

Pada sesi tanya jawab, para hadirin mengungkapkan kekaguman mereka terhadap islam di Indonesia yang menjadi contoh nyata Islam yang moderat dan mampu berdialog dengan kemajuan zaman serta berhasil membangun teknologi dan menjadi kekuatan ekonomi dunia yang diperhitungkan.

Acara dimulai dengan pembukaan yang disampaikan Dr. Maryam Eit Ahmad, yang mengatakan bahwa hubungan antara Indonesia dan Maroko terjalin sejak dulu dimulai dengan datangnya Ibnu Bathutah ke Indonesia kemudian diiringi kontribusi Soekarno dalam mendukung kemerdekaan Maroko di Kongres Asia-Afrika di Bandung dan dilanjutkan dengan kunjungan beberapa tokoh penting Indonesia ke Maroko.

Mbah Kyai mengatakan bahwa dalam proses belajar yang dijalaninya tidak lepas dari masjid.

"Dulu ketika masih diasuh oleh ayah saya ikut ngaji di masjid, kemudian ketika mondok di Lirboyo juga ngaji di masjid dan akhirnya ketika di Makkah ngaji bersama Syeikh Amin Qutbi, dan Syeikh Alawi Almaliki juga di masjid, jadi bagi saya masjid mempunyai keistimewaan tersendiri yaitu tempat yang istimewa untuk ilmu dan ibadah," tegasnya.


Mbah Maimoen mengatakan Indonesia dan Maroko bagaikan masyrik dan maghrib, masyrik dan maghrib adalah dua hal yang menyatu, persatuan antara keduanya itulah bukti dari kejayaan islam. "Bagi Indonesia Maroko adalah markas Islam, karena Islam di Indonesia dikenalkan oleh Ibnu Bathutah dan Ibnu Bathutah orang Maroko," ujar mbah kyai yang membuat hadirin tersenyum.

Di akhir forum Mbah Maimoen menerima cinderamata penghargaan dari Dr. Ahmed El Mahmoudi berupa kitab Tasawuf Al Durroh Al Kharidah Syarh Al Yaqutah Al Faridah karangan ulama Maroko Muhammad Abdul Wahid As Sousi.

Dalam kunjungannya bersama rombongan, Mbah Maimoen, berziarah ke beberapa makam ulama besar Maroko yang berjasa bagi penyebaran Agama Islam di Indonesia, diantaranya Dharih (istilah makam dalam bahasa Maroko - red), makam Syeikh Tijani pendiri tariqat Tijaniah di Kota Fes, Syeikh Imam Jazuli pengarang buku Dalailul Khairat di Fes, Ibnu Ajrum Ashanhaji pengarang buku Nahwu Ajrumiah dan Ibnu Bathuthah di Kota Tangier.

Selain itu Mbah Maimoen, bertemu Sekjen Majli Ilmy (Majlis Ulama) Maroko Prof. Dr. Ahmed Yesif, Mursyid Agung Toriqoh Tijaniyah Syekh Syarif Mohamed Al Kabir Al Tijani, kunjungan ke Kampus Taklim Al Atiq Imam Nafi di kota Tanger serta mengadakan diskusi dengan sejumlah ulama Maroko lainnya.

Koordinator Dept. Media dan Informasi PPI Maroko, Burhan Ali mengatakan pada akhir acara memimpin doa dan seluruh hadirin ikut mengamini dengan khusyuk dan seksama dan dilanjutkan dengan photo bersama dengan undangan dan mahasiswa sebagai bukti kenang-kenangan ikut ngaji bersamaKiyai Maimoen Zubair.

KH. Maimun Zubair Berkunjung ke Madrasah Quaraouiyine {Maroko}

Berkunjung ke Madrasah Quaraouiyine (baca qarawiyyin -red) menjadi salah satu agenda kunjungan KH. Maimun Zubair Pendiri dan Pengasuh Pondok Pesantren al-Anwar, Sarang, Rembang, Jawa Tengah selama di Maroko.

Madrasah Quaraouiyine adalah salah satu lembaga pendidikan Islam tertua di dunia. Didirikan pada tahun 245 / 857 M, oleh Fatimah Fihriyah, seorang wanita dari kota Kairouan, Tunisia.  Maka, nama Quaraouiyine pun diambil dari kata Kairouan ini.

Tempat pertama yang dikunjungi di komplek ini adalah Madrasah al-Shaffarin, madrasah ini sebenarnya merupakan kamar-kamar untuk santri-santri Jami' Quaraouiyine (Jami' berarti masjid –red). Dulu pernah ada santri dari Indonesia yang mondok di sini yaitu Ustad Amrul Qois dari Jakarta.

Di dalam salah satu kamar Madrasah al-Shaffarin ini terdapat mauqifnya Imam Jazuli di mana beliau gunakan untuk mengarang kitab shalawat Dalail al-Khoirat.
Kemudian tempat yang dikunjungi adalah gudang ilmu perpustakaan Quaraouiyine. Biasanya tempat ini dilarang untuk dijadikan tempat tourist, tapi dengan kharisma Mbah Kyai Maimun, serta keikutsertaan Ibu Dubes, pegawai perpustakaan pun mempersilahkan dengan ramah kunjungan rombongan ini.

Di perpustakaan Quaraouiyine ini kitab-kitab berjejeran di rak buku dengan tersusun rapi. Mbah Kyai pun sempat membuka-buka kitab dan membaca kitab yang dipilih hampir 15 menit di situ.

Kepala Perpustakaan mengatakan  bahwa perpustakaan Quaraouiyine memiliki 4.000 lebih manuscript yang di simpan di sini, dan kebanyakannya sudah di foto atau masuk dalam micro film untuk dibaca oleh para ahlinya.

Ketika adzan dhuhur menggema, rombongan segera masuk ke Jami' Quaraouiyine dan melakukan shalat dhuhur berjamaah karena pintu masjid hanya akan dibuka ketika waktu solat saja. Ketika selesai mereka akan menguncinya.

Setelah Mbah Kyai berdiri di shaf paling depan. Ketika itu, beliau bertanya kepada Muhammad Ayman, S.HI yang menjadi pemandu Mbah Kyai, mengapa orang-orang pada solat miring ke kiri?

"Dulu bangunan Masjid Quaraouiyine dibangun ketika belum tahu arah kiblat. akan tetapi setelah beberapa ratus tahun baru diketahui kesalahan tersebut. Oleh sebab itu mereka merubah arah kiblat akan tetapi bangunan tetap sama" Jawab Ayman, Mahasiswa Malaysia di Maroko yang pernah mengenyam ilmu di Pon-Pes Raudlatul 'Ulum, Kencong-Kepung-Kediri-Jawa Timur selama 13 tahun.

"Perkara ini langsung ditolak oleh KH Maimun Zubair. Beliau berkata itu tidak sepatutnya berlaku. Karena dalam 4 mazhab yang penting adalah dalail al-qiblat. Jadi, dengan menghadap arah timur sudah benar. Ini berbeda dengan mazhab Syiah menurut beliau" tutur Ayman mengutip penjelasan Romo Kyai.

"Perkara ini ditegur beliau karena isu perubahan kiblat masjid di Indonesia yang juga seperti di dalam film Sang Pencerah" lanjutnya.

Setelah itu Romo Kyai diperkenalkan dengan Imam Masjid Quaraouiyine. Dan melihat-lihat kursi di masjid yang bertingkat-tingkat menyerupai kursi khatib jumat di mana kursi tersebut adalah tempat duduk Syuyukh Quaraouiyine untuk mengajar. Jami' Quaraouiyine merupakan tempat menuntut ilmu seperti pesantren di Indonesia.

Setelah selesai berkunjung di komplek Jami' Quaraouiyine, Rombongan berangkat menuju ke Maqam Syeikh Tijani. Di sana langsung disambut oleh Pimpinan  Thoriqoh tersebut. Dan dilanjutkan dengan membaca tahlilan dan doa bersama.

Ketika sudah selesai, Rombongan yang disertai Ibu dubes Mahsusoh Ujiati dan Staf KBRI Pelaksana Fungsi Pensosbud Suparman Hasibuan,  berangkat menuju kendaraan untuk selanjutnya berangkat ke tempat tujuan terakhir di kota Fes yaitu Maqam Abu Bakar Ibnu al-Arabiy, pengarang Tafsir al-Ahkam al-Qur'an yang masyhur.(Ba)
 
 
Redaktur : Dept. Media dan Informasi PPI Maroko 2011-2012