Hadloroh Ulul Ahbab

Sabtu, 14 Januari 2012

Album Resep Bahagia - Al Quds Group

Album Resep Bahagia merupakan Album sudah lama dari group sholawat Al Quds, kami mendapatkannya tahun 2009. Namun Kami baru menampilakn disitus ini. ada 8 delapan lagu yg tampil dalam album sholawat ini. dan menurut penulis lagu yg terbaik adalah hadza min fadli dan Subhanaka Allah. Sebagaimana Album-album sebelumnya, Albumresep bahagia ini mempergunakan shalawat modern sebagai iring-iringan musik
Berikut ini daftar lagu dan link downloadnya.
01. Resep Bahagia.mp3
02. Hadza Min Fadhli Robbi.mp3
03. Subhanaka Allah.mp3
04. Sathrul 'umri.mp3
05. Tahayyaro Qolbi.mp3
06. Zaro Ba'da jafa.mp3
07. Idzal Asyaa'.mp3
08. Sholawat Az-Zuuri.mp3

Jumat, 14 Oktober 2011

RABITHOH BANI ALLAWIYIN "AL ADZOMAT KHON" ADALAH SEBUAH KELUARGA MULIA PENYEBAR AGAM ISLAM DI ASIA TENGGARA


 
RABITHOH BANI ALLAWIYIN "AL ADZOMAT KHON" ADALAH SEBUAH KELUARGA MULIA PENYEBAR AGAM ISLAM DI ASIA TENGGARA
 Perjalanan Syiar Islam As-sayid Al Abdul Malik bin Alwi Ammu Al-Faqih Dari Hadramaut hingga sampai di daratan IndiaSejarah penyebaran Agama Islam di kepulauan Negara - Negara Asia Tenggara dimulai dari Hijrahnya kaum Al Muhajirin asal Hadramaut – Yaman, bernama As Sayid Abdul Malik bin Alwi Ammu Al Faqih (mendapat gelar bangsawan Khon dari Kerajaan Naserebad - India)As-sayid Abdul Malik bin Alwi Ammu Al-Faqih adalah salah satu tokoh pertama penyebar Agama Islam di daratan India dari keluarga Bani Allawiyin, Beliau dilahirkan sekitar tahun 574 Hijriah, tepatnya di Qasam yakni sebuah kota yang terletak di Hadramaut – Yaman. Beliau memiliki Nasab (keturunan) sampai kepada Rasulullah SAW (generasai ke.17 dari As-Sayidina Al Imam Husain bin Sayidina Ali Karromaallohu wajhah RA suami dari Sayidatina Siti Fatimah Az Zahra binti Rasulullah SAW ).Perjuangan dan niat mulia As-sayid Al Abdul Malik bin Alwi Ammu Al-Faqih untuk menyebarkan Agama Allah (Dinul Islam) telah bergelora semenjak Beliau masih berusia remaja. Ketika menginjak umur dewasa Beliaupun membulatkan tekat untuk keluar dari kota Qasam - Hadramaut demi menyebarkan Agama Islam (Hijrah), hingga pada akhir perjalanan Hijrahnya membawa Beliau tiba didaratan Negeri India (sebuah Negara yang dikenal sebagai Negeri Dongeng dan sangat kental dengan budaya spiritual Hinduisme).Beberapa pakar sejarawan Islam asal Negara India (Nasherebad) memberikan pernyataan bahwa As-sayid Abdul Malik bin Alwi Ammu Al-Faqih pada zaman-nya termasuk sebagai salah satu tokoh Islam pertama (dari Bani Allawiyin) yang sukses mempengaruhi penduduk India untuk memeluk Agama Islam, sehingga pada waktu itu sebagian besar pendududuk India yang berdaulat pada Raja Nasherebad, atas pengaruhnya telah berhasil memeluk Agama Islam, sekaligus berguru secara khusus kepada As-sayid Abdul Malik bin Alwi Ammu Al-Faqih tentang Syarekat – Syarekat Hukum Islam (namun belum terperinci secara jelas pada masa abad keberapa pertama kalinya As-sayid Abdul Malik bin Alwi Ammu al-Faqih tiba di India dan beberapa pakar sejarawan asal India ada yang berpendapat pada abad 5 - 6 Hijriyah)Saat menyebarkan Agama islam di daratan India, pada mulanya As-sayid Abdul Malik selalu memperkenalkan dirinya dihalayak ramai dengan menyebutkan namanya (As-sayid Abdul Malik) berikut nama ayahandanya dengan istilah dalam kultur Nasab Islam (Bin Alwi Ammu Al-Faqih) sebagai jalan untuk menjaga kelestarian nasab serta wujud penghormatan Beliau kepada Ayahandanya As Sayidina Alwi Ammu Al-Faqih, namun pada masa itu penduduk India yang fanatik terhadap ajaran Hinduisme tidak berkenan apabila As-sayid Abdul Malik menyebutkan namanya dengan menambahkan Istilah Bin Alwi Ammu Al-Faqih, karena didalam kultur ajaran Hinduisme penambahan istilah (Bin / Binti) sangatlah tidak sesuai dengan faham serta budaya mereka, apalagi kaum Hinduisme tidak mengenal istilah Bin / Binti (yang sesungguhnya dapat dijadikan sebagai landasan untuk mengetahui asal muasal Nasab / garis keturunan dikalangan kaum Muslimin), sehingga penambahan istilah nama yang tidak sesuai dengan ajaran Hinduisme tersebut pada waktu itu sempat di jadikan sebagai salah satu alat oleh para tokoh sentral ajaran Hinduiesme untuk menolak ajaran As-sayid Abdul Malik bin Alwi Ammu Al-Faqih yang baru saja akan berkembang di daratan Negeri India, karena menurut faham mereka penambahan Istilah khusus dibelakang nama merupakan wujud dari suatu identitas Marga (bukan untuk mengetahui garis asal keturunan / Nasab), dalam kultur Hinduisme penambahan istilah di belakang nama juga harus dilandasi oleh sebuah Kasta (status jenjang sosial masyarakat Hindu) yang telah resmi menjadi tatanan hukum interaksi sosial ajaran Hinduisme. Sehingga demi mencapai sebuah misi penyebaran Agama Islam yang suci, pada akhirnya saat meperkenalkan dirinya (kepada para pribumi didaratan India) As-sayid Abdul Malik tidak menambahkan istilah nama (Bin Alwi Ammu Al-Faqih) yang sebelumnya di ikut sertakan di belakang namanya.Dalam catatan Sejarah yang lain juga meriwayatkan bahwa As-sayid Abdul Malik selain sebagai tokoh pertama penyebar Agama Islam (dari Bani Allawiyin) yang lekat dengan kehidupan sederhana, pada masa perjalanan syiarnya Beliau juga dikenal oleh para Bangsawan India sebagai Tokoh Ilmuwan Islam yang Harismartik sekaligus sebagai seorang pakar Budayawan, sehingga proses Islamisasi di daratan Negeri Dongengpun pada waktu itu berkembang sangat pesat.As-sayid Abdul Malik memiliki kepribadian yang kuat sekali dalam menjalankan Syari’at Agama Islam, Beliau juga termasuk Tokoh Islam Pertama yang berhasil mempengaruhi Budaya India sehingga dapat diwarnai dengan Budaya Islam, bahkan kuatnya Pengaruh As-sayid Abdul Malik di kalangan penduduk daratan India baik yang telah memeluk Agama Islam ataupun yang bersikukuh tetap memeluk Agama Hindu (pribumi non Muslim), telah menyebabkan Raja Naserabad India mengangkat As-sayid Abdul Malik sebagai Menantu, hingga di kemudian hari Raja Naserabad India memberikan gelar kehormatan sebagai Bangsawan kepada As-sayid Abdul Malik dengan menambahkan marga Khon dibelakang namanya (Khon adalah sebuah identitas marga sekaligus gelar kehormatan yang di peruntukkan bagi para Bangsawan Naserebad India). Pada akhirnya Beliaupun dikenal di daratan India sebagai Bangsawan Nasherebad dengan sebutan As-Sayid Al- Amir Abdul Malik Khon (penambahan gelar Al-Amir yang diberikan kepada Beliau merupakan gelar kehormatan dari Kerajaan Nasherebad India, yang memiliki peranan serta tanggung jawab penuh dalam memimpin syair dan pergerakan Islamisasi di daratan India, dengan maksud agar tidak terjadi perang antar saudara “Mu’alaf dengan Pribumi Non Muslim”)Dalam catatan sejarah perjalanan Marcopolo menyebutkan bahwa “As-sayid Abdul Malik Khon dalam Syiarnya menyebarkan Agama islam (pada Abad 6 Hijriyah) didaratan India. sangatlah dikenal sebagai Tokoh Ilmuwan Islam yang Piawai dalam Mengakses Perputaran Aset - Aset Kerajaan demi mensejahterakan penduduk Nasherebad (pakar Ekonomi), Beliau juga dikenal sebagai pakar Budayawan yang memiliki karakter Fleksible dalam bergaul bersama masyarakat India, sehingga As-sayid Abdul Malik Khon berhasil meng’Islamkan penduduk daratan India melalui faham keilmuan dan budaya (bukan dengan Pedang dan Peperangan)”, hal tersebut juga di akui oleh para pakar sejarawan Islam baik yang berasal dari Negara India atapun oleh para sejarawan Islam berbangsa Allawiyin asal Hadramaut – Yaman (semuanya tertuang secara jelas dalam buku – buku yang meriwayatkan sejarah otentik Hijrahnya Bani Allawiyin / kaum Al Muhajir yang berhasil membawa misi penyebaran Agama Islam ke seluruh pelosok dunia).Munculnya Rabithah Bani Allawiyin Marga “Al Adzomat Khon” sebagai Ahlul Bait Rasulullah SAW dilingkup bangsawan Khon Kerajaan Nasherebad – India.Pemberian gelar kehormatan Marga Khon kepada As-sayid Abdul Malik (sebagai Bangsawan di Kerajaan Nasherebad india) merupakan salah satu faktor pendukung utama yang menjadi sebab cepatnya proses islamisai didaratan India, bahkan dalam catatan pakar sejarawan Islam asal India menyebutkan, setelah pemberian Marga kehormatan (Khon) sebagai Bangsawan kepada As-sayid Abdul Malik, pada akhirnya Eksistensi Marga tesebut dapat menjadi fasilitasitator demi menjembatani kepentingan Beliau menjalin hubungan diplomatis terhadap para bangsawan India (selain marga Khon / Non Muslim), sehingga posisi tersebut semakin memperkuat pengaruh Beliau untuk terus menyebarkan Agama Islam di seluruh penjuru daratan India tanpa memunculkan suatu konflik yang berarti.Pernikahan As-sayid Abdul Malik Khon dengan Putri Raja Naserebad India, telah melahirkan beberapa keturunan (baik laki – laki ataupun perempuan) dan di antara putra Beliau yang paling dikenal adalah As Sayid Al Amir Abdullah bin Abdul Malik Khon (dalam ringkasan sejarah meriwayatkan bahwa penyebar Agama Islam pertama di Kepulauan Negara – Negar Asia tenggara termasuk di Nusantara, di bawa oleh para pedagang asal Gujarat India, dan mereka adalah putera keturunan dari As Sayid Al Amir Abdullah bin Abdul Malik Khon)Sebelum putra – putri keturunan As-sayid Abdul Malik Khon di lahirkan di lingkup Kerajaan Nasherebad India,disinyalir bahwa jauh hari sebelumnya As-sayid Abdul Malik Khon sudah mempersiapkan marga tersendiri yang nantinya akan diberikan secara khusus bagi anak keturunannya. Marga tersebut di ambil dari gelar Ayahandanya As Sayid Alwi yang bergelar Ammu Al Faqih (dalam catatan sejarah Rabithah Allawiyin menerangkan bahwa gelar Ammu Al Faqih yang disandang oleh As Sayid Alwi dikarenakan pada waktu itu As Sayid Alwi memiliki ketajaman tersendiri dalam mengupas dan menerangkan ilmu - ilmu Fiqih Islam, sehingga pada zamannya Beliau dikenal sebagi Ilmuwan Islam yang Mahir dan Fasih dalam pembahasan Ilmu Fiqih (Ibunya para Ahli Fiqih), maka tak heran apabila dari garis keturunan As Sayid Alwi Ammu Al Faqih berhasil melahirkan beberapa keturunan yang sangat luar biasa dan mulia, adapun salah satu garis keturunannya yang Masyhur adalah Al waliyulloh Sohibul Ratib Al-Habib Abdullah bin Alwi Al-Haddad termasuk Syekh Jamaluddin Akbar atau Syekh Jumadil Kubro yang menjadi datuknya para Wali Songo di tanah Jawa).Meskipun Raja Naserebad India bangsawan Khon tahu bahwa para cucunya (hasil pernikahan putrinya dengan As-sayid Abdul Malik Khon) terlahir dari keluarga Muslim dan secara regenitika biologis memiliki hubungan darah yang lebih kuat dengan menantunya (As-sayid Abdul Malik Khon) asal dari Hadramaut (putra dari As Sayid Ammu al-Faqih), namun Raja Naserebad India bersikukuh untuk tetap memberikan gelar marga bangsawan Khon kepada para anak keturunan As-sayid Abdul Malik Khon. Raja Naserebad India menunjukkan keseriusannya tersebut dengan bersikap tidak sependapat apabila anak keturunan dari menantunya (As-sayid Abdul Malik Khon) menyandang gelar marga (Ammu Al Faqih), yang bernisbat kepada ayahandanya As Sayid Alwi Ammu Al Faqih (Seorang Ulama Masyhur Ahli Fiqih dari Hadramaut – Yaman)Demi menjaga utuhnya hubungan dengan para Bangsawan Khon di Kerajaan Naserebad India dan demi memperlancar misi penyebaran Agama suci Islam, pada akhirnya Beliau As-sayid Abdul Malik Khon mengurungkan niat memberikan gelar Nasab (marga) Ammu Al-Faqih kepada anak keturunannya.As-sayid Abdul Malik Khon dalam sejarah, pesannya mengatakan “Misi untuk tetap memperjuangkan Agama Suci Islam dikalangan anak keturunanku itu lebih mulia dibanding mempertahankan status Nasab dihadapan sesama manusia, menikahlah dengan penduduk pribumi, bergaulah dengan kalangan manapun dan cintailah Negerimu dimanapun kalian berada”Hingga pada akhirnya semua keturunan As-sayid Abdul Malik Khon menyandang gelar sebagai Bangsawan Nasherebad dengan marga Khon. Namun dikemudian hari As-sayid Abdul Malik Khon menambahkan istilah tersendiri yang di peruntukkan secara khusus bagi anak keturunannya dengan sebutan Al Adzomat Khon (Al Adzomah di ambil dari bahasa urdu india yang memiliki arti kehormatan atau kemuliaan dan penambahan istilah Al Adzomah tersebut sebelumnya sudah mendapat persetujuan dari Raja Nasherebad India), dengan alasan untuk menyelamatkan identitas resmi bagi anak keturunannya yang masih memiliki Nasab hingga sampai kepada Rasulullah SAW sehingga dari abad ke abad mereka nantinya dapat tetap berpegang teguh pada Aqidah Islam, karena pada waktu itu telah terjadi penyimpangan Aqidah Islam dilingkup kerajaan Nasherebad India yang di lakukan oleh beberapa oknum (tokoh) Hinduisme yang berindikasi ingin mematahkan pergerakan Islamisasi di India (di sinyalir beberapa tokoh Hinduisme yang sentimentil tersebut juga terprofokasi oleh hasutan kolonial tentara Inggris yang mencoba melakukakn praktek politik adu domba sebagai langkah awal untuk menjajah daratan India)Lambat tahun di daratan India marga Al Adzomat Khon dikenal oleh para pribumi sebagai Marga Bangsawan Islam (anak keturunan dari As-sayid Abdul Malik Khon) yang hidup di kerajaan Nasherebad India, dan para pribumi didaratan India juga memberikan pengakuan bagi para Bangsawan Islam bermarga Al Adzomat Khon bahwasannya mereka adalah sekumpulan keluarga mulia yang bernasabkan kepada Rasulullah SAW (dalam istilah gelar pada abad ini Al Adzomat Khon adalah marga bagi para Habaib dan Habibah). Maka tidak heran apabila putra As-sayid Abdul Malik Khon yang paling dikenal didaratan India bernama As Sayid Al Amir Abdullah di kemudian hari dikenal dengan sebutan As Sayid Al Amir Abdullah Al Adzomat Khon, dan Beliau adalah keturunan keluarga Bani Allawiyin (kaum Al Muhajir) yang pertama kali menyandang gelar marga Al Adzomat Khon, dari asal keturunannya yang mulia nanti akan melahirkan para Tokoh - Tokoh pertama penyebar Agama Islam di kepulauan Negara – Negara Asia Tenggara hingga sampai di Nusantara. Marga Al Adzomat Khon merupakan salah satu bagian marga di antara ratusan marga Bani Allawiyin yang secara resmi telah di akui oleh Rabithoh Allawiyin sebagai marga yang disandang oleh anak keturunan As Sayid Al Amir Abdullah Al Adzomat Khon bin Abdul Malik Khon bin Alwi Ammu al-Faqih yang memiliki anggota keluarga bernasabkan Kepada Rasulullah SAW, sedangkan prosesi sejarah munculnya marga Al Adzomat Khon terlahir didaratan India dan tidak terlahir di Hadramaut. Mereka para anggota keluarga Marga Al Adzomat Khon sangat dikenal sebagai Mobilisator (penggerak utama) proses Islamisasi di kepulauan Negara – Negara Asia Tenggara, yang memiliki kecenderungan menikahi para pribumi dengan merahasiakan identitas Marganya dihadapan masyrakat umum demi mencapai misi – misi suci penyebaran Agama Islam di seluruh pelosok Negeri. Regenetika perjuangan keluarga mulia “Al Adzomat Khon” sebagai keluarga Bani Allawiyin yang berhasil membawa pergerakan serta penyebaran Agama Islam yang suci di daratan Negara – Negara Asia Tenggara termasuk di kepulauan Nusantara, pada abad terakhir ini jarang sekali sejarahnya di kenang kembali oleh kalangan kaum muslimin, bahkan tidak sedikit di antara mereka memberikan pandangan yang sentimentil dengan menggangap bahwa Nasab (keturunan) dari keluarga mulia “Al Adzomat Khon” (yang sesungguhnya memiliki Nasab otentik sebagai anak keturunan dari Rasulullah SAW) telah di tuding sebagai keluarga yang tidak bernasabkan sebagai Dzuriyah Rasul (bukan keturunan darah suci dari Rasulullah SAW). Padahal tanpa disadari keberadaan Agama Islam yang suci yang telah dianut oleh para penuding tersebut pada mulanya berasal dari jasa serta perjuangan keluarga Mulia Bani Allawiyin yang bermarga “Al Adzomat Khon”.Namun dapat dimaklumi, lemahnya kepercayaan beberapa kaum muslimin yang tidak mengakui marga “Al Adzomat Khon” sebagai Dzuriyah Rasul (anak keturunan dari Rasulullah SAW), hal tersebut dipicu dengan sebab lemahnya pengetahuan mereka dalam mengakses sejarah otentik tentang munculnya marga “Al Adzomat Khon” sebagai anak keturunan dari bangsawan Nasherebad – India As Sayid Al Amir Abdullah Al Adzomat Khon bin Abdul Malik Khon bin Alwi Ammu al-Faqih sebagai generasai ke.18 dari keturunan Rasulullah SAW. Sehingga tidak salah apabila para keturunan Mulia keluarga Besar “Al Adzomat Khon” lebih cenderung untuk tidak memunculkan Nasab Marganya, namun mereka tetap eksis melanjutkan pergerakan Islam sebagai langkah untuk mengangkat yang haq dan menekan yang bathil serta bertujuan untuk meneruskan perjuangan Mulia para datuk – datuknya terdahulu hingga abad kini. Berkembangnya ajaran Islam di Nusantara, hingga akhirnya Bangsa ini memiliki populasi tingkat penduduk sebagai pemeluk Agama Islam terbesar di dunia tidak dapat lepas dari peran sejarah perjuangan keluarga Bani Allawiyin (marga “Al Adzomat Khon”) yang dikenal sebagai mobilisator (penggerak) serta penyebar Ajaran Islam pertama di kepulauan Asia Tenggara termasuk di Nusantara pada masa itu, sebagaimana di ungkap dalam sejarah bahwasannya Islam pertama kali masuk ke Samodra Hindia ( kepulauan Indonesia) salah satunya di bawa oleh para Pedagang Gujarat asal India dan Beliau adalah As Sayid Jamaluddin Akbar (Syekh Jumadil Kubro) bin Ahmad Jalaludin bin Abdullah “Al Adzomat Khon” yang menjadi tonggak perjuangan Islam di Nusantara dan Beliau juga dikenal sebagai Walid (Orang tua) dari seluruh sesepuh Wali Songo.Peristiwa pengusiran kekejaman Kolonialisme Belanda (pada masa jajahannya di Nusantara), berbagai sejarah otentik juga mengungkap bahwa keluarga Bani Allawiyin (marga “Al Adzomat Khon”) memiliki peran penuh mengusir penjajah belanda hingga diantara mereka terlibat langsung di medan laga untuk mengusir kaum kafir (Kolonial Belanda) yang menjajah Nusantara pada waktu itu, dengan mengorbankan segenap jiwa dan raga demi utuhnya persatuan Nusantara, hingga berdirinya ibu kota Indonesia (Jakarta) yang dulu dikenal sebagai Jayakarta tidak dapat lepas dari perjuangan Raden Fatahilah sebagai menantu Sunan Gunung Jati, melalui skenario jiwa patriotisme Sunan Gunung Jatil pada akhirnya anak menantunya yang bernama Raden Fatahilah memenangkan pertempuran Malaka II sehingga kaum Kafir kolonialis Belanda pada akhirnya segera Hengkang meninggalakan Jayakarta sehingga keutuhan kepulauan Nusantara dapat kembali bersatu . Raden Fatahilah dan Sunan Gunung Jati merupakan anak keturunan yang dilahirkan dari Keluarga Bani Allawiyin dengan marga “Al Adzomat Khon”. Berikut adalah silsilah Sunan Gunung Jati atau yang lebih dikenal dengan nama Syekh Syarif Hidayatulloh Al Adzomat Khon yang bernasabkan hingga sampai kepada Rasullah SAW :Syekh Syarif Hidayatullah bin Umadtuddin Abdullah bin Ali Nurul 'Alam binJamaluddin Akbar bin Ahmad Jalaludin bin Abdullah “Al Adzomat Khon” binAbdul Malik Khon bin Alawi Ummu Al Faqih (Hadhramaut) bin Muhammad Sohib Mirbath Ali Kholi' Qosim bin Alawi Ats-Tsani bin Muhammad Sohibus Saumi'ah bin Alawi Awwal bin Al-Imam 'Ubaidillah bin Ahmad al-Muhajir bin Isa Naqib Ar-Rumi bin Muhammad An-Naqib bin Al-Imam Ali Uradhi bin Ja'far As-Sodiq bin Muhammad Al Baqir bin Ali Zainal 'Abidin bin Al-Imam Sayyidina Hussain Al-Husain putera Ali bin Abu

Jumat, 30 September 2011

MIMPI GURU MULIA HB MUNZIR DG RASUL SAW

MIMPI GURU MULIA HB MUNZIR DG RASUL SAW

di ambil dari FB a.n: Opig Alfadani

Oleh Habib Munzir AlMusawa
Alaikumsalam warahmatullah wabarakatuh,

kebahagiaan dan Kesejukan Rahmat Nya semoga selalu menaungi hari hari anda,


Saudaraku yg kumuliakan,

selamat datang di web para pecinta Rasul saw, kita bersaudara dalam kemuliaan

saudaraku tercinta, boleh saya ceritakan mimpi saya sekitar setahun yg lalu, saya melihat Rasul saw didalam kemah besar dan mewah, dan dihadapannya seperti ada bangunan bangunan yg sedang dibangun, hamba berpakaian lusuh dan kotor, kebetulan Rasul saw melihat hamba dan memanggil hamba, dg lembut dan tidak tega beliau saw berkata : wahai munzir, kau sudah kelelahan sekali bekerja dalam pembangunan ini, sudah, masuklah beristirahat di kemahku, lalu saya dibawa ke kemah beliau saw, saya berdiri dipintu kemah itu, saya melihat ada hidangan hidangan dan buah buahan, dan guru mulia ada didalamnya, lalu guru mulia melihat saya, dan berkata : wahai munzir, aku keluar dan masuk ke kemah ini dengan bebas, namun jika engkau masuk kesini, kau tak akan kembali lagi selama lamanya ke dunia, terserah padamu...


maka saya terdiam dan ragu untuk masuk, maka beberapa malaikat disekitar saya menghimbau saya untuk masuk kemah dan beristirahat, lalu malaikat Izrail as memegang kedua pundak saya dari belakang, dan berkata : mari kubimbing kau masuk..., pegangannya lembut saja, namun terasa seluruh urat tubuh saya sudah digenggamannya, maka saya menolak dan berkata : saya masih ingin bakti pada guru mulia membantu beliau..!

maka Rasul saw memberi isyarat pada malaikat Izrail as untuk melepaskan saya, lalu beliau saw berkata : tempatmu kelak disini wahai munzir, sekemah denganku, seatap denganku.., tinggal bersamaku, kau tak punya rumah di dunia dan akhirat, rumahmu bersamaku, seatap dg ku.. lalu saya terbangun.

beberapa bulan kemudian saya berjumpa lagi dg Rasul saw dalam mimpi dan beliau saw duduk berdambingan dg saya, seraya berkata : "sampai kapan kau menunda ajakanku wahai munzir..?, kupanggilkan izrail dan jibril untuk membawamu sekarang?, lalu saya menjawab : wahai Rasulullah, jikalah saya diizinkan Allah dan Rasul Nya, saya masih ingin membantu Guru saya.., maka Rasul saw tersenyum dan memegang rambut saya sedikit menjambaknya seperti ayah yg mempermainkan anak kecilnya, beliau berkata : tidak ada yg menolak undanganku kecuali orang orang aneh semacam mu wahai munzir.., lalu beliau saw berangkat dari duduknya sambil tersenyum dan pergi.


saya terus berdoa, jika saya masih diizinkan Allah swt untuk berumur panjang dan berbakti pada Allah dan Rasul Nya dalam dakwah yg dijalankan Guru mulia saya, maka saya meminta pada Allah umur panjang, namun jika kemangkatan saya lebih membawa manfaat maka saya memilih mangkat, Allah swt Maha Mampu membuat 1000 orang yg lebih baik dari hamba untuk membimbing ummat.


namun harapan saya, saya wafat setelah jakarta menjadi kota yg beriman, kalau kota demak disebut kota wali, maka saya bercita cita jakarta kota Sayyidina Muhammad saw, maksudnya kota yg beriman, rukun antar ummat beragama, musliminnya mayoritas baik dan tidak berpecah belah, akidah sudah suci dan tidak terkotori, dan Alhamdulillah semakin hari semakin berjuta ummat yg terbawa dalam dakwah keluhuran sang Nabi saw, namun untuk saat ini masih jauh dari target yg memuaskan kita, maka hamba berharap Allah swt belum mewafatkan hamba sampai cita cita hamba tercapai, amiin.


Demikian saudaraku yg kumuliakan, semoga dalam kebahagiaan selalu, semoga sukses dg segala cita cita,


Wallahu a'lam


Nb: WAhai Allah....

Jika ENgkau menjadikan JAkarta kota Sayyidina Muhammad saw, maka jadikanlah Kendal Kota Pecinta Sayyidina Muhammad saw..... Aamiin....

Minggu, 25 September 2011

KH MAIMOEN ZUBAIR IN MAROKO ( Mauidhoh Di Universitas Ibnu Tofail UIT )

Pimpinan Ponpes Al-Anwar Sarang, KH. Maimoen Zubair menyampaikan masyarakat muslim Indonesia sejak dahulu kala sangat mencintai Maroko secara zohir dan batin dan bahkan mengenal Maroko sejak Ibn Batutah, pengelana muslim termasyhur menginjakkan kaki di Nusantara.

Hal itu disampaikan KH. Maimoen Zubair, dalam ceramahnya di Fakultas Sastra dan Humaniora, Universitas Ibnu Tofail (UIT), Kenitra sekitar 30 km dari Rabat, Maroko, demikian keterangan pers KBRI Rabat dalam keterangannya yang diterima Antara London, Jumat.

Forum yang diadakan KBRI Rabat kerjasama dengan UIT dihadiri Dubes RI untuk Kerajaan Maroko Tosari Widjaja dan Ibu Mahsusoh Ujiati, Rektor UIT Prof. Abderrahmane Tenkoul, Dekan Fakultas Sastra & Humaniora Prof. Dr. Abdelhanine Belhaj, Ketua Program Studi Islam Prof. Dr. Salam Abrich, para staf KBRI Rabat, dosen, mahasiswa dari berbagai fakultas di UIT serta Pehimpunan Pelajar Indonesia di Maroko.

Ulama kharismatis yang akrab disapa dengan panggilan Mbah Maimoen, dengan penuh semangat di usianya yang tidak muda lagi memberikan ceramah yang berjudul "Perkembangan dan Kemajuan Islam di Indonesia".

Dalam ceramah yang menggunakan bahasa Arab, Mbah Maimoen menjelaskan perkembangan Islam di Indonesia sejak awal hingga saat ini serta peran ulama Timur Tengah terutama Maroko dalam menyebarkan dakwah Islam di Indonesia.

Hingga saat ini kitab-kitab ulama Maroko menjadi pelajaran wajib di pesantren di Indonesia seperti kitab dasar Nahwu (gramatikal) bahasa Arab Al Ajurrumiyah karya Imam Sonhaji dan kitab amalan harian Dalalil Al Khairat karya Imam Jazuli dipakai mayoritas muslim di Indonesia.

"Hubungan Indonesia-Maroko sesungguhnya seperti hubungan murid dan guru," ungkapnya.

Pada sesi tanya jawab, para hadirin mengungkapkan kekaguman mereka terhadap islam di Indonesia yang menjadi contoh nyata Islam yang moderat dan mampu berdialog dengan kemajuan zaman serta berhasil membangun teknologi dan menjadi kekuatan ekonomi dunia yang diperhitungkan.

Acara dimulai dengan pembukaan yang disampaikan Dr. Maryam Eit Ahmad, yang mengatakan bahwa hubungan antara Indonesia dan Maroko terjalin sejak dulu dimulai dengan datangnya Ibnu Bathutah ke Indonesia kemudian diiringi kontribusi Soekarno dalam mendukung kemerdekaan Maroko di Kongres Asia-Afrika di Bandung dan dilanjutkan dengan kunjungan beberapa tokoh penting Indonesia ke Maroko.

Mbah Kyai mengatakan bahwa dalam proses belajar yang dijalaninya tidak lepas dari masjid.

"Dulu ketika masih diasuh oleh ayah saya ikut ngaji di masjid, kemudian ketika mondok di Lirboyo juga ngaji di masjid dan akhirnya ketika di Makkah ngaji bersama Syeikh Amin Qutbi, dan Syeikh Alawi Almaliki juga di masjid, jadi bagi saya masjid mempunyai keistimewaan tersendiri yaitu tempat yang istimewa untuk ilmu dan ibadah," tegasnya.


Mbah Maimoen mengatakan Indonesia dan Maroko bagaikan masyrik dan maghrib, masyrik dan maghrib adalah dua hal yang menyatu, persatuan antara keduanya itulah bukti dari kejayaan islam. "Bagi Indonesia Maroko adalah markas Islam, karena Islam di Indonesia dikenalkan oleh Ibnu Bathutah dan Ibnu Bathutah orang Maroko," ujar mbah kyai yang membuat hadirin tersenyum.

Di akhir forum Mbah Maimoen menerima cinderamata penghargaan dari Dr. Ahmed El Mahmoudi berupa kitab Tasawuf Al Durroh Al Kharidah Syarh Al Yaqutah Al Faridah karangan ulama Maroko Muhammad Abdul Wahid As Sousi.

Dalam kunjungannya bersama rombongan, Mbah Maimoen, berziarah ke beberapa makam ulama besar Maroko yang berjasa bagi penyebaran Agama Islam di Indonesia, diantaranya Dharih (istilah makam dalam bahasa Maroko - red), makam Syeikh Tijani pendiri tariqat Tijaniah di Kota Fes, Syeikh Imam Jazuli pengarang buku Dalailul Khairat di Fes, Ibnu Ajrum Ashanhaji pengarang buku Nahwu Ajrumiah dan Ibnu Bathuthah di Kota Tangier.

Selain itu Mbah Maimoen, bertemu Sekjen Majli Ilmy (Majlis Ulama) Maroko Prof. Dr. Ahmed Yesif, Mursyid Agung Toriqoh Tijaniyah Syekh Syarif Mohamed Al Kabir Al Tijani, kunjungan ke Kampus Taklim Al Atiq Imam Nafi di kota Tanger serta mengadakan diskusi dengan sejumlah ulama Maroko lainnya.

Koordinator Dept. Media dan Informasi PPI Maroko, Burhan Ali mengatakan pada akhir acara memimpin doa dan seluruh hadirin ikut mengamini dengan khusyuk dan seksama dan dilanjutkan dengan photo bersama dengan undangan dan mahasiswa sebagai bukti kenang-kenangan ikut ngaji bersamaKiyai Maimoen Zubair.