Pimpinan Ponpes Al-Anwar
Sarang, KH. Maimoen Zubair menyampaikan masyarakat muslim Indonesia
sejak dahulu kala sangat mencintai Maroko secara zohir dan batin dan
bahkan mengenal Maroko sejak Ibn Batutah, pengelana muslim termasyhur
menginjakkan kaki di Nusantara.
Hal itu
disampaikan KH. Maimoen Zubair, dalam ceramahnya di Fakultas Sastra dan
Humaniora, Universitas Ibnu Tofail (UIT), Kenitra sekitar 30 km dari
Rabat, Maroko, demikian keterangan pers KBRI Rabat dalam keterangannya
yang diterima Antara London, Jumat.
Forum yang
diadakan KBRI Rabat kerjasama dengan UIT dihadiri Dubes RI untuk
Kerajaan Maroko Tosari Widjaja dan Ibu Mahsusoh Ujiati, Rektor UIT Prof.
Abderrahmane Tenkoul, Dekan Fakultas Sastra & Humaniora Prof. Dr.
Abdelhanine Belhaj, Ketua Program Studi Islam Prof. Dr. Salam Abrich,
para staf KBRI Rabat, dosen, mahasiswa dari berbagai fakultas di UIT
serta Pehimpunan Pelajar Indonesia di Maroko.
Ulama kharismatis
yang akrab disapa dengan panggilan Mbah Maimoen, dengan penuh semangat
di usianya yang tidak muda lagi memberikan ceramah yang berjudul
"Perkembangan dan Kemajuan Islam di Indonesia".
Dalam ceramah yang
menggunakan bahasa Arab, Mbah Maimoen menjelaskan perkembangan Islam di
Indonesia sejak awal hingga saat ini serta peran ulama Timur Tengah
terutama Maroko dalam menyebarkan dakwah Islam di Indonesia.
Hingga saat ini
kitab-kitab ulama Maroko menjadi pelajaran wajib di pesantren di
Indonesia seperti kitab dasar Nahwu (gramatikal) bahasa Arab Al
Ajurrumiyah karya Imam Sonhaji dan kitab amalan harian Dalalil Al
Khairat karya Imam Jazuli dipakai mayoritas muslim di Indonesia.
"Hubungan Indonesia-Maroko sesungguhnya seperti hubungan murid dan guru," ungkapnya.
Pada sesi tanya
jawab, para hadirin mengungkapkan kekaguman mereka terhadap islam di
Indonesia yang menjadi contoh nyata Islam yang moderat dan mampu
berdialog dengan kemajuan zaman serta berhasil membangun teknologi dan
menjadi kekuatan ekonomi dunia yang diperhitungkan.
Acara dimulai
dengan pembukaan yang disampaikan Dr. Maryam Eit Ahmad, yang mengatakan
bahwa hubungan antara Indonesia dan Maroko terjalin sejak dulu dimulai
dengan datangnya Ibnu Bathutah ke Indonesia kemudian diiringi kontribusi
Soekarno dalam mendukung kemerdekaan Maroko di Kongres Asia-Afrika di
Bandung dan dilanjutkan dengan kunjungan beberapa tokoh penting
Indonesia ke Maroko.
Mbah Kyai mengatakan bahwa dalam proses belajar yang dijalaninya tidak lepas dari masjid.
"Dulu ketika masih
diasuh oleh ayah saya ikut ngaji di masjid, kemudian ketika mondok di
Lirboyo juga ngaji di masjid dan akhirnya ketika di Makkah ngaji bersama
Syeikh Amin Qutbi, dan Syeikh Alawi Almaliki juga di masjid, jadi bagi
saya masjid mempunyai keistimewaan tersendiri yaitu tempat yang istimewa
untuk ilmu dan ibadah," tegasnya.
Mbah Maimoen
mengatakan Indonesia dan Maroko bagaikan masyrik dan maghrib, masyrik
dan maghrib adalah dua hal yang menyatu, persatuan antara keduanya
itulah bukti dari kejayaan islam. "Bagi Indonesia Maroko adalah markas
Islam, karena Islam di Indonesia dikenalkan oleh Ibnu Bathutah dan Ibnu
Bathutah orang Maroko," ujar mbah kyai yang membuat hadirin tersenyum.
Di akhir forum
Mbah Maimoen menerima cinderamata penghargaan dari Dr. Ahmed El Mahmoudi
berupa kitab Tasawuf Al Durroh Al Kharidah Syarh Al Yaqutah Al Faridah
karangan ulama Maroko Muhammad Abdul Wahid As Sousi.
Dalam kunjungannya
bersama rombongan, Mbah Maimoen, berziarah ke beberapa makam ulama
besar Maroko yang berjasa bagi penyebaran Agama Islam di Indonesia,
diantaranya Dharih (istilah makam dalam bahasa Maroko - red), makam
Syeikh Tijani pendiri tariqat Tijaniah di Kota Fes, Syeikh Imam Jazuli
pengarang buku Dalailul Khairat di Fes, Ibnu Ajrum Ashanhaji pengarang
buku Nahwu Ajrumiah dan Ibnu Bathuthah di Kota Tangier.
Selain itu Mbah
Maimoen, bertemu Sekjen Majli Ilmy (Majlis Ulama) Maroko Prof. Dr. Ahmed
Yesif, Mursyid Agung Toriqoh Tijaniyah Syekh Syarif Mohamed Al Kabir Al
Tijani, kunjungan ke Kampus Taklim Al Atiq Imam Nafi di kota Tanger
serta mengadakan diskusi dengan sejumlah ulama Maroko lainnya.
Koordinator Dept.
Media dan Informasi PPI Maroko, Burhan Ali mengatakan pada akhir acara
memimpin doa dan seluruh hadirin ikut mengamini dengan khusyuk dan
seksama dan dilanjutkan dengan photo bersama dengan undangan dan
mahasiswa sebagai bukti kenang-kenangan ikut ngaji bersamaKiyai Maimoen
Zubair.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar